Iwan Kurnia memilih untuk menjalani hidupnya secara berbeda. Meski dia terlahir tanpa kaki dan tanpa satu tangan, namun dia dapat berkarya. "Dia memang orang yang unik, dia punya kepercayaan diri yang tinggi dan dia berkelakuan baik," kata Gerardus Kamer, ahli tulang dari Kamer Orthopedic Holland yang pernah menangani kesehatan Iwan.
Iwan yang terlahir dengan empat bersaudara itu merupakan anak bungsu. "Awalnya, saya lahir seperti orang yang normal. Tapi semenjak saya merasa untuk berbuat sesuatu itu sulit, di situ saya mulai menyadari kalau saya kenapa dilahirkan seperti ini." tutur Iwan bercerita tentang keadaannya.
Dia selalu bertanya kepada Tuhan, mengapa dia diciptakan berbeda. Dari situ, dia pun mencari tahu. Menurut yang didengarnya, pada waktu mengandungnya, mamanya salah makan obat. Namun, dia sendiri tidak mau mencari tahu lebih lanjut karena dengan fisik seperti itu dia pun menghadapi banyak tantangan.
"Pada saat menjalani kehidupan ini, hampir setiap hari saya merasakan down. Hampir setiap hari saya tidak pernah merasa bahagia. Buat saya, hari demi hari suram. Saya tidak berbuat apa-apa (padahal) saya ingin seperti yang lain bermain bebas, tapi saya cuma bisa ngeliatin aja dan cuma liat dari jauh aja," tambahnya.
Saat melihat teman kakaknya bermain gitar, Iwan menjadi tertarik pada gitar. Dia ingin belajar gitar tapi keluarga kurang mendukung. Iwan tidak menyerah begitu saja. Dia pun belajar bermain gitar dengan kakak kelasnya. Setiap hari Iwan boleh datang dan belajar gitar dengan membawa buah tangan untuk kakak kelasnya tersebut.
Awalnya dia disuruh untuk mendengarkan lagu dari kaset, namun dia merasa bahwa belajar gitar bukan seperti itu. Kakak kelasnya malah menyepelekannya karena tidak bisa melakukan apa yang disuruh. Akhirnya, dengan tekad yang kuat, Iwan belajar sendiri alias otodidak. Dia setiap hari memegang gitarnya dan mencoba mencari cara bagaimana bisa bermain gitar dengan tangannya yang tak sempurna.
Keasyikan bermain gitar, Iwan baru sadar tangannya berdarah dan mau putus setelah seseorang yang lewat melihatnya. Tangan yang dimaksud adalah tangan kecil yang tak sempurna pertumbuhannya, menyerupai jari kecil. Barulah dia berhenti bermain gitar sampai tangannya sembuh.
Iwan juga manusia biasa yang bisa jatuh cinta. Setelah tahu bahwa wanita incarannya pun sepertinya suka padanya, dia pun menyatakan cinta pada pujaannya tersebut. Namun, yang dia dapatkan adalah makian dari perempuan itu yang menyatakan dia tidak pantas, bahwa dia hanyalah ingin berteman. "Seolah-olah saya itu memang tidak ada artinya, sampai saya stress ga kuat nahannya, akhirnya saya ke arah bunuh diri itu…" lanjut Iwan.
Iwan masuk ke kamarnya. Di sana dia mendapati silet yang sudah lama dan dia mencoba mengiris tangannya. Namun, di saat itu juga dia mendengar suara yang memanggilnya tiga kali dengan sangat jelas. "Engkau berharga di mata-Ku," kata suara itu tiga kali. Sampai ketiga kalinya, suara itu sangat dekat seperti menegur dan membimbing Iwan. Dia merasa bersalah dengan apa yang ingin dia lakukan.
"Tuhan, jika Engkau ingin aku hidup, bantu aku untuk hidup," kata Iwan setelah kejadian itu. Hatinya merasakan ada pengharapan lagi untuk menatap masa depan. Setiap kali down, Iwan teringat Yeremia 29:11.
Perubahan pola pikir Iwan lama-lama berubah. Semua hal masa lalu yang mengejek ataupun menghina, tidak mempan lagi pada dirinya. Dia mendapatkan kekuatan dan seluruh hidupnya dia serahkan pada Tuhan. "Kalau Yesus beserta dengan saya, saya tidak akan takut apapun yang terjadi, saya tidak akan takut lagi dan down lagi," jelasnya.
Iwan kini menjadi pribadi yang baru. Dia menemukan kenyamanannya dalam bermain gitar dan hal itu membuat beban yang ada di pikirannya lepas. Iwan ingin hidupnya yang dia persembahkan pada Tuhan, bisa memberkati orang lain lewat lagu, lewat pekerjaannya, lewat sikapnya yang mungkin bisa menjadi motivasi bagi orang lain, lewat segala sesuatu di dalam hidupnya.
Tuhan membawanya terbang tinggi, menjadikannya kepala dan bukan ekor. Iwan tidak hanya sering diundang untuk bermain gitar di berbagai tempat, Iwan juga dipercaya sebagai supervisor di sebuah perusahaan di daerah Bandung, dan mendapatkan kaki barunya. Dia bahkan bisa mengendarai kendaraan bermotornya sendiri. "Saya menyadari kalau saya hanya manusia biasa. Tuhan ciptakan saya dengan kondisi fisik yang serba kekurangan, karena saya mengenal Tuhan Yesus saya menjadi luar biasa. Tuhan memberikan saya potensi untuk bermain musik, bekerja, dan hidup mandiri. Saya yakin potensi-potensi itu semua menjadi berkat buat orang lain," Iwan menutup ceritanya.
Sumber Kesaksian :
Iwan Kurnia
Tertanda,
Tio Rendika Yeremia Sitanggang
Ditulis oleh:
Unknown - Thursday, 6 December 2012 - Rating: 5
Terima kasih sudah membaca artikel kategori Download
dengan judul Kisah Nyata Iwan, Pria Tanpa Kaki . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lukas-trys.blogspot.com/2012/12/kisah-nyata-iwan-pria-tanpa-kaki.html. Jangan lupa share ke teman-teman ya.
Belum ada komentar untuk " Kisah Nyata Iwan, Pria Tanpa Kaki "
Post a Comment