Banyak orang di Timur Tengah, yang berbahasa Arab adalah bahasa ibu mereka, sedang mengalami pengalaman nyata kebenaran isi Alkitab, Tuhan Yesus datang pada mereka melakukan mujizat-mujizat yang luar biasa. Pengalaman pribadi Majed El Shafie, seorang mahasiswa hukum lahir dan besar di Mesir adalah salah satu kesaksian bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan Yesus Kristus adalah Tuhan Yang Mahakuasa

Tujuh hari siksaan yang sangat berat di penjara yang paling ditakuti di seluruh Mesir tidak membuat iman kepada Yesus Kristus dari Majed El Shafie gugur, sebaliknya siksaan berat tersebut memacu dirinya untuk menolong orang-orang Kristen yang teraniaya di seluruh dunia lewat organisasi One Free World Ministires. Majed sendiri adalah pendiri organsasi tersebut yang berpusat di Toronto, Kanada.

Inilah kisah kesaksiannya yang kami sadur dari dua sumber:
1. Jesus Supernaturally rescues Moslem from Islamic Police!
2. Egyptian Ex-Muslim Torture spurs man to fight for religious freedom

Saya terlahir di sebuah keluarga non-Kristen yang sangat terpandang di Kairo, ibukota Mesir. Bapak dan saudara laki-laki saya adalah para penasehat hukum yang sukses dan paman saya bekerja sebagai Hakim Mahkamah Agung, saya sendiri adalah seorang mahasiswa hukum sebelum saya meninggalkan agama nenek moyang untuk menjadi seorang Kristen.

”Ketika kamu lahir kedalam sebuah keluarga seperti ini, kamu memiliki banyak buku tentang hukum, keadilan dan kebebasan,” Majed mengawali kesaksiannya

Pada tahun ketiga kuliah ilmu hukum di Alexandria, saya terkejut mengetahui adanya hukum yang melarang pembangunan gedung-gedung gereja, namun mengijinkan membangun bar-bar dan diskotik-diskotik. Dan hukum itu juga melarang merenovasi bangunan-bangunan gereja kuno. Orang-orang Kristen Mesir diperlakukan lebih buruk dari masyarakat-masyarakat kelas dua.

Terpukul oleh ketidak toleransian yang tidak masuk akal ini, Saya mulai bertanya-tanya tentang ajaran agama nenek moyang saya dan bertanya kepada diri sendiri,
”Mengapa ada penganiayaan terhadap pengikut ajaran Kristen, apakah kesalahan mereka?”

Sebagai seorang calon sarjana hukum, dan dibesarkan dalam keluarga yang paham dengan masalah hukum, maka saya berkesimpulan:
“Musuh mencoba untuk menutupi sesuatu, ada sesuatu yang disembunyikan.”

Pencarian kepada keadilan dan kebenaran mulai berlangsung dalam jiwa saya sebagai seorang mahasiswa hukum.

Lalu saya menghubungi sahabat baik saya, Tamer namanya, ia seorang Kristen dan saya menanyakan pertanyaan yang sama kepada dia
“Tamer, kenapa ada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen?”

Karena takut membuat hubungan persahabatan kami menjadi pecah karena pertanyaan saya tersebut, maka Tamer memberikan Alkitabnya pada saya, dan berkata;
”Pada kitab ini, kamu dapat menemukan jawaban-jawaban untuk setiap pertanyaan yang kamu miliki.”

Sayapun langsung mengambilnya dan membawanya pulang. Saat pertama kali membuka Alkitab, kitab Injil Yohanes pasal 8 yang bercerita tentang bagaimana Yesus Kristus menangani kasus seorang wanita yang tertangkap basah saat berzinah itulah yang saya buka,
”Saya temukan bahwa Alkitab berisi tentang keadilan, kasih dan pengampunan, lebih dari sekedar tentang hukum.”

”Ini adalah pertama kalinya saya melihat pengampunan sejati.”

Sejak saat itu, saya memutuskan untuk membaca Alkitab bersamaan dengan kitab suci agama nenek moyang saya untuk memperbandingkan kebenaran sejati keduanya.
Hampir setahun kemudian ketika saya pertama kali membuka Alkitab, saya memutuskan untuk menjadi orang Kristen meninggalkan agama nenek moyang saya

Orang yang pertama kali saya beritahu adalah sahabat saya, Tamer. Saya datang kepadanya dan berkata,
”Tamer, saya sekarang tahu apa itu Kristen. Kristen bukanlah suatu agama. Kristen bukanlah pergi ke gereja setiap minggu dan bernyanyi “Haleluya,” “terpujilah ALLAH” dan begitu lagi sampai Minggu depan. Kristen adalah suatu hubungan intim bersama Tuhan. Saya percaya dan mau menerima Yesus ke dalam hatiku.”

Saya akhirnya menjadi seorang Kristen dan mulai ikut mengorganisasikan jemaat bawah tanah dan puji Tuhan, kami dapat memenangkan 24.000 jiwa dalam dua tahun. Ini benar-benar gereja bawah tanah, sebab kami mengadakan ibadah di goa-goa dipinggiran kota Alexandria.

Sementara saya ikut memimpin gereja bawah tanah tersebut, saya seperti sedang berdiri berhadapan dengan dua Goliat;
Yang pertama ialah hukum pemerintah yang tidak adil
Dan yang kedua adalah agama nenek moyang saya, yang mereka pakai untuk membenarkan menganiaya para umat Kristen di Mesir

Tahun 1998, pagi-pagi sekali lima tentara dan dua polisi mendobrak pintu rumah saya dan membawa saya ke kantor polisi untuk diintrogasi, polisi mencoba mendapatkan informasi dari saya, siapa saja nama-nama orang Kristen yang berhubungan dengan diri saya dan saya menolak. Lalu polisi itu mengancam:
”Jika kamu ingin bermain keras, kami dapat bermain keras!”

Setelah itu, saya segera digiring ke Penjara Abu Za’abel di Kairo, suatu tempat terkenal di Timur Tengah sebagai ”Neraka di Bumi". Saya dipenjarakan dengan tuduhaan membangkitkan revolusi, ditambah tuduhan lainnya yaitu: mencoba merubah agama Mesir dari non-Kristen menjadi Kristen dan karena telah menyembah juga mengasihi Yesus Kristus Juruselamat

Di Abu Za’abal, nama dan indentitas resmi saya diganti, agar keluarga dan organisasi kemanusian tidak bisa menemukan diri saya. ini adalah praktek umum petugas penjara rahasia di Mesir.

Saya ditempatkan di bagian bawah penjara. Mereka menyiksa saya selama tujuh hari berturut-turut, setiap hari tingkat siksaan semakin berat.

Pada hari pertama, kembali mereka bertanya siapa nama-nama rekan Kristen saya . Saya tetap tutup mulut untuk hal itu. Maka mereka membotaki kepala saya dan menguyurnya dengan air panas dan kemudian air yang sangat dingin. Namun, saya tetap tidak membuka rahasia

Hari kedua, mereka lalu menggantungkan saya secara terbalik, kaki diatas kepala dibawah. Dalam posisi seperti ini saya dipukuli dengan kepala ikat pinggang, disunduti oleh rokok yang membara dan jempol kuku kaki saya dirusak. Saya tetap bertahan .

Hari ketiga, saya dibawah ke sebuah sel dan sementara saya berada di sana dengan segala luka di tubuh, mereka memasukkan tiga anjing ke dalam sel penjara tersebut. Anjing-anjing tersebut adalah binatang yang telah dilatih untuk menyerang tahanan dan memakan daging mereka.
Ketika saya melihat ketiga anjing digiring ke kamar sel, saya pergi kepojok sel dan duduk disitu menutup wajah dengan tangan menantikan penderitaan yang akan menimpa saya.

Anjing-anjing semakin dekat, namun tiba-tiba keajaiban terjadi, saya tidak mendengar suara-suara anjing itu. Saya tidak mengerti, apa yang sedang terjadi, maka, saya mengangkat kedua tangan dari muka saya untuk melihat apa yang sedang terjadi.
” Ternyata ketiga anjing tersebut hanya duduk-duduk saja, sekalipun tuan mereka memerintahkan untuk menyerang saya.

Merasa tidak percaya apa yang petugas jaga saksikan, ia membawa ketiga anjing itu keluar dan meminta kepada rekannya tiga anjing yang lain. Ternyata peristiwa mujizat itu berulang lagi, bahkan seekor anjing menghampirinya dan mulai menjilati diri saya. Mereka melihat mujizat Tuhan di depan mata mereka sendiri terjadi pada diri saya.

Hari keempat, petugas nomor 27, orang yang tinggi besar, memasuki sel dan berkata:
“Dengarkan, berikan nama-nama teman kamu dan saya akan melepaskanmu. Saya akan berikan kamu apa saja yang kamu mau, rumah besar, mobil baru, wanita-wanita cantik? Akan saya berikan!

”Saya terima tawaran kamu!” Jawab saya,
”Namun pertama-tama, saya belum makan selama tiga hari, bawalah makanan dan setelah itu kita bisa bicara.”
Sayapun mendapat makanan.

”Sekarang kamu beri saya tahu nama orang-orang yang bekerja denganmu?” petugas itu berkata.

”Dengar, kelompok kami adalah kelompok yang sangat besar. Saya tidak bisa memberikan semua nama mereka dan saya sendiri tidak bisa mengingat semuanya. Namun, saya akan memberikan nama ketua kami. Kamu bisa tangkap dia dan dia bisa memberikan dengan tepat nama semua anggota.”

”Saya pikir kamu adalah pemimpinya.”

”Bukan tuan, saya hanyalah seorang pelayan,” saya menjawabnya kembali
”Nama ketua kami adalah Yesus Kristus. Jika Anda bisa menangkap-Nya, tangkaplah.”

Penjaga itu marah besar. Lalu melempar saya ke tembok dan memerintahkan rekannya untuk membawa saya ke ruang lainnya untuk di salibkan.

“Dalam penghinaan terakhir, para penjaga mencabut pakaian saya, lalu mengikat kedua tangan dan kaki serta leher saya ke sebuah balok salib dan membiarkan saya tergantung di kayu salib tersebut selama dua setengah hari. Diakhir 2,5 hari tersebut, mereka menoreh-noreh bahu sebelah kananku dengan pisau, lalu menaruh jeruk nipis dan garam pada daging yang robek tersebut.”

Saya kehilangan kesadarannya akan siksaan berat itu, dan ketika terbangun saya sudah berada dirumah sakit. Ketika baru tersadar rasa sakit dan bau darah saya begitu menyiksa

Saya sungguh kehausan saat itu, lalu dalam penglihatan malam, saya melihat Tuhan Yesus datang memberi minum dari tangan-Nya kepada saya dan berkata,
“Jika kamu minum air-Ku, mengapa kamu masih butuh air yang lain?”
Itu adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya

Seminggu setelah kejadian itu saya pulih total. Seorang penjaga penjara dirumah sakit memberikan informasi, bahwa langkah berikutnya saya akan dieksekusi.
Karena tau akan hal itu saya memutuskan untuk melarikan diri melalui sebuah jendela belakang rumah sakit.

Berita tentang kabur saya segera menyebar dan pemerintah mengumumkan hadiah 100.000 dollar bagi kepala saya. Wajah saya muncul di TV dan di koran-koran. saya tahu bahwa saya tidak dapat tetap tinggal di Mesir lagi

Dengan mengendarai sebuah jet ski milik seseorang saya melintasi Laut Merah, menyeberangi Padang gurun Sinai dan menyerahkan diri pada bangsa Israel. Disana saya ditahan selama 16 bulan, sementara PBB dan Amnesty Internasional menyelidiki kasus saya dan pada akhirnya saya mendapatkan status pengungsi politik untuk berimigrasi ke Toronto, Kanada.

Semua ini telah merubah kehidupan saya. Saya tidak akan pernah menyerah sebab saya tahu banyak orang sedang melalui hal yang sama dengan yang saya alami dahulu. Setiap tahun, ratusan ribu orang Kristen mati dibunuh karena iman-iman mereka dan inilah fakta nya

Kepada semua pemerintah yang menaniaya orang Kristen, saya, Majed El Shafie ingin berkata:
”Orang-orang Kristen yang teraniaya mati berjatuhan, tetapi mereka tetap tersenyum. Mereka ada di dalam sebuah tanah pertambangan yang dalam, tetapi mereka memegang lampu keabadian ALLAH, Kalian dapat membunuh pemimpin-pemimpin kami, namun kalian tidak akan dapat membunuh keyakinan kami pada Tuhan Yesus”


Tertanda,
Tio Rendika Yeremia Sitanggang